Selasa, 21 November 2017

Tugu Tinju Yang Tak Lagi Menggepal


oleh:
Ayuni Rianty Effendi

Sebagai masyarakat di Sumatera Barat terutama yang tinggal di kota Padang khususnya, pasti terbiasa melihat bebagai macam bentuk tugu di persimpangan jalan. Begitu juga halnya di persimpangan Jalan Gajah Mada dan Jalan Jhoni Anwar Kelurahan Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang, terdapat sebuah tugu yang dianekdotkan oleh masyarakat kids jaman now sekarang sebagai tugu ultramen atau tugu extrajoss. Tugu tersebut dipandang hanya sebagai sebuah sebuah simbol penanda jalan oleh masyarakat kebanyakan, namun sebenarnya tugu tersebut merupakan sebuah icon yang memiliki sejarah bagi masyarakat kota Padang sendiri.
Tugu tersebut bernama tugu Bagindo Azizchan atau yang lebih dikenal dengan tugu tinju. Diresmikan oleh walikota padang Syahrul Ujud pada tanggal 19 Juli 1983. Pada dinding monumen ini tertulis, “Di sini Bagindo Azizchan Gugur saat menjabat Walikota Padang 17 Juli 1947”. Pada sisinya yang lain, tertulis “Bulatkan Tekad Dalam Perjuangan Walikota Padang Bagindo Azizchan”.

Bagindo Azizchan sendiri merupakan Wali Kota Padang kedua setelah kemerdekaan, yang dilantik pada tanggal 15 Agustus 1946 menggantikan Mr. Abubakar Jaar. Ia meninggal dalam usia 36 tahun setelah terlibat dalam sebuah pertempuran melawan Belanda. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi. Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 082/TK/2005, tanggal 7 November 2005, Bagindo Azizchan menerima Bintang Maha Putera Adipradana dan Gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 November 2005.
Hampir semua warga kota Padang tahu dengan tugu  tinju ini, namun jika ditanya mengenai nilai dan makna yang terkandung pada kepalan tinju tersebut tak banyak warga kota Padang yang mengetahuinya, hal ini merupakan fenomena yang cukup miris dan langka. Bagaimana tidak, suatu masyarakat yang sudah sepatutnya bangga dan mengenang jasa pahlawannya tidak mengapresiasi dan memaknai tugu simpang tinju ini dengan penuh kebanggaan. Masyarakat sekitar kota Padang yang terkesan acuh tak acuh dan bahkan mengabaikan tugu tersebut.

10 November diperingati sebagai hari pahlawan, namun tak tampak seremonial yang biasa dilakukan oleh masyarakat kebanyakan pada hari itu di sekitaran tugu tinju. Tugu tersebut hanya sebagai penanda persimpangan jalan, keadaan terbengkalai begitu tergambar pada tugu tersebut, cat yang memudar, tulisan yang mulai hilang dan sisi tugu yang mulai keropos. Sebagai kids jaman now seringkali kita menganggap bahwa melakukan seremonial seperti penaburan bunga, dan lain-lain itu merupakan hal yang kuno, jadi untuk itu sebagai masayarakat kids jaman now memperingati hari pahlawan bukanlah sesuatu yang mustahil dan monoton kita dapat mengisi dengan berbagai kegiatan seperti melakukan bakti sosial, melakukan perlombaan-perlombaan dan hal-hal lain yang membangkitkan jiwa nasionalisme dan patriotisme yang dapat meluruskan dan menjelaskan kepada masyarakat kota Padang terutama tentang un-history terhadap tugu tinju.

0 komentar:

Posting Komentar