oleh:
Ayuni Rianty Effendi
Sebagai masyarakat di Sumatera Barat terutama
yang tinggal di kota Padang khususnya, pasti terbiasa melihat bebagai macam bentuk
tugu di persimpangan jalan. Begitu juga halnya di persimpangan Jalan Gajah Mada
dan Jalan Jhoni Anwar Kelurahan Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang, terdapat
sebuah tugu yang dianekdotkan oleh masyarakat kids jaman now sekarang sebagai
tugu ultramen atau tugu extrajoss. Tugu tersebut dipandang hanya sebagai sebuah
sebuah simbol penanda jalan oleh masyarakat kebanyakan, namun sebenarnya tugu
tersebut merupakan sebuah icon yang memiliki sejarah bagi masyarakat kota
Padang sendiri.
Tugu
tersebut bernama tugu Bagindo Azizchan atau yang lebih dikenal dengan tugu tinju.
Diresmikan oleh walikota padang Syahrul Ujud pada
tanggal 19 Juli 1983. Pada dinding monumen ini tertulis, “Di sini Bagindo Azizchan
Gugur saat menjabat Walikota Padang 17 Juli 1947”. Pada sisinya yang lain,
tertulis “Bulatkan Tekad Dalam Perjuangan Walikota Padang Bagindo Azizchan”.
Bagindo Azizchan sendiri merupakan Wali Kota Padang kedua setelah kemerdekaan, yang dilantik pada tanggal 15
Agustus 1946 menggantikan Mr.
Abubakar Jaar. Ia
meninggal dalam usia 36 tahun setelah terlibat dalam sebuah pertempuran melawan Belanda. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam
Pahlawan Bahagia, Bukittinggi. Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 082/TK/2005,
tanggal 7 November 2005, Bagindo Azizchan menerima Bintang Maha Putera
Adipradana dan Gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 9
November 2005.
Hampir semua warga kota Padang tahu dengan
tugu tinju ini, namun jika ditanya
mengenai nilai dan makna yang terkandung pada kepalan tinju tersebut tak banyak
warga kota Padang yang mengetahuinya, hal ini merupakan fenomena yang cukup
miris dan langka. Bagaimana tidak, suatu masyarakat yang sudah sepatutnya
bangga dan mengenang jasa pahlawannya tidak mengapresiasi dan memaknai tugu
simpang tinju ini dengan penuh kebanggaan. Masyarakat sekitar kota Padang yang
terkesan acuh tak acuh dan bahkan mengabaikan tugu tersebut.
10 November diperingati sebagai hari
pahlawan, namun tak tampak seremonial yang biasa dilakukan oleh masyarakat
kebanyakan pada hari itu di sekitaran tugu tinju. Tugu tersebut hanya sebagai
penanda persimpangan jalan, keadaan terbengkalai begitu tergambar pada tugu
tersebut, cat yang memudar, tulisan yang mulai hilang dan sisi tugu yang mulai
keropos. Sebagai kids jaman now seringkali kita menganggap bahwa melakukan
seremonial seperti penaburan bunga, dan lain-lain itu merupakan hal yang kuno,
jadi untuk itu sebagai masayarakat kids jaman now memperingati hari pahlawan bukanlah
sesuatu yang mustahil dan monoton kita dapat mengisi dengan berbagai kegiatan
seperti melakukan bakti sosial, melakukan perlombaan-perlombaan dan hal-hal
lain yang membangkitkan jiwa nasionalisme dan patriotisme yang dapat meluruskan
dan menjelaskan kepada masyarakat kota Padang terutama tentang un-history
terhadap tugu tinju.
0 komentar:
Posting Komentar