Oleh:
Muhammad
Rafi
“Bahkan saya tidak tahu apakah yang
saya lakukan dalam menja-lani kehidupan di bumi pertiwi ini sudah se-suai
keinginan mereka atau belum”
Setiap
bangsa dan negara pasti memiliki peristiwa sejarah yang waktu terjadinya
peristiwa tersebut diperingati sebagai momentum tertentu. Salah satu negara
yang kaya akan momentum tersebut adalah Indonesia, seperti Hari Proklamasi
Kemerdekaan, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, Hari Ibu, Hari Kesaktian
Pancasila, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan
sebagainya. Jelas momentum tersebut bukanlah sesuatu yang diperingati hanya
untuk menaikan eksistensi belaka, melainkan keseluruhannya tercipta dari
sejarah panjang bangsa Indonesia. salah satu momentum yang perlu di tanamkan
dalam nurani adalah yang akan kita peringati dalam bulan ini, 10 November,
yaitu Hari Pahlawan.
“Pernahkah terbesit di pikiran
mengapa 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan? Jika mengetahui latar belakang
peringatan Hari Pahlawan, adakah muncul pemikiran tentang apa saja nilai-nilai
yang bisa kita ambil dari peristiwa 10 November? Adakah yang berfikir tentang
hal yang seyogyanya dilakukan dalam menjalani kehidupan di bumi pertiwi ini
sebagai rasa terima kasih terhadap para pahlawan?”
Pertanyaan demikian tampaknya perlu
tanyakan kepada kita semua, bukan atas dasar kesombongan seolah-olah saya yang
paling benar dalam berterima kasih kepada pahlawan, melainkan sebagai pengingat
bagi kita untuk terus mengintrospeksi diri
agar bisa melakukan tindakan yang benar dalam menjaga kemerdekaan yang
telah kita rasakan saat ini.
“Jasmerah, jangan sekali-kali
melupakan sejarah”.
“Bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai jasa para pahlawannya”.
Kutipan
pidato Soekarno yang perlu dihayati dengan seksama ketika kita memperingati
Hari Pahlawan. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah karena bangsa yang besar
adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”—memunculkan pemahaman yang
baru jika kita mencoba merangkai kedua kutipan tersebut, padalah sedehananya
kita hanya menambahkan kata “karena”. Tetapi kita harus lebih memahami secara
mendalam tentang arti dari kata-kata tersebut yang dihubungkan dengan Hari
Pahlawan.
Ketika membahas tentang Hari
Pahlawan, perlu dikembalikan ingatan akan peristiwa yang terjadi disekitaran 10
November 72 tahun yang lalu. 17 Agustus 1945, terluaplah sagala kebahagian bagi
segenap bangsa Indonesia karena pengharapan akan kebebasan dari penjajahan
bangsa asing berhasil dicapai. Namun semua itu belumlah akhir dari perjuangan
bangsa Indonesia karena sekutu berusaha untuk merebut kembali wilayah
Indonesia. akhirnya, pada fase 1945-1950 muncul periode baru dalam sejarah
Indonesia, yaitu masa revolusi. Kita bisa menceritakan pada fase revolusi
terjadi pertentangan yang teramat besar antara rakyat Indonesia dengan sekutu.
(Bung Tomo,
Pimpinan revolusioner surabaya)
Ketika
10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan, tentu ada beberapa alasan yang
sangat kuat. Saat itu Indonesia sedang berusaha menyebarluaskan rasa
kemerdekaan melalui berbagai tindakan kebangsaan, salah satunya adalah
pengibaran bendera merah putih di seluruh negeri. Namun, betapa tidak
terbakarnya amarah pemuda Surabaya ketika pihak Belanda yang dipimpin oleh Mr. W.V.Ch. Ploegman datang kembali,
tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, dan 18 September 1945 dengan
semena-menanya mengibarkan Bendera Belanda di puncak Hotel Yamato. Harga diri
bangsa dilecehkan, Indonesia taruhannya. Dengan nasionalisme yang memuncak,
patriotisme yang menggelegar, seluruh golongan berkumpul dan melakukan aksi di
Hotel Yamato agar bendera tersebut diturunkan. Dengan tegas Belanda menolak hal
tersebut. bahkan Sidik yang menjadi perwakilan dalam perundingan tewas di
tangan Belanda. Akhirnya, para pemuda yang telah terbakar amarah dan mengambil
inisiatif untuk menurunkan secara paksa bendera Belanda (Merah-Putih-Biru).
Koeno Wibowo dan Hariyono berhasil memanjat tiang bendera, merobek warna biru
dan mengibarkan kembali Merah putih.
Tampaknya tak ada efek yang berarti
jika hanya mencerna peristiwa bendera di Hotel Yamato hanya sebatas peristiwa
di atas. Hanya menambah pengetahuan bahwa telah terjadi peristiwa perobekan
bendera Belanda di Hotel Yamato yang akhirnya berganti menjadi bendera merah
Putih.
Sekarang coba kita ilhami lebih mendalam. Ketika bangsa
Indonesia sedang berada dalam masa harapan baru karena telah berhasil
memerdekakan diri dari penjajahan, tiba-tiba bangsa asing—Sekutu, Belanda—masuk
dan mencoba untuk menancapkan kekuasaannya di Indonesia. Bahkan dengan
lancangnya mereka menginjak kedaulatan Indonesia dengan mengibarkan bendera
mereka di Tanah Indonesia, bukan atas dasar diplomasi melainkan merasa bahwa
mereka masih berkuasa di Indonesia dan tidak mengakui kedaulatan Indonesia. Bagaimana
perasaan rakyat Indonesia yang melihat kejadian tersebut? Mungkin hanya mereka
yang memiliki zeitgeist (jiwa zaman)
dan historical maindedness (kesadaran
sejarah) yang akan mengerti perasaan rakyat Indonesia saat itu.
Kemudian
ketika bertindak untuk menurunkan bendera Belanda, apakah mereka memikirkan apa
konsekuensi yang akan mereka alami? Rasanya tak terbesit hal tersebut meskipun
hanya sebesar biji bayam. Yang mereka tahu bahwa Indonesia harga mati,
kedaulatan Indonesia adalah aset berharga bagi generasi berikutnya, dan tak ada
yang bisa menginjak kedaulatan Indonesia meskipun mereka bangsa yang memiliki power. Apakah di antara kita masih ada
pemikiran demikian? Rela melakukan apapun untuk Indonesia tanpa ada ketakutan
akan diri sendiri—“kita renungi kembali hal tersebut”.
(Gambaran
erjuangan dalam perang 10 November)
Beralih
kepada peristiwa besar sejak 10 November, ultimatum sekutu memerintahkan agar
rakyat Indonesia—terutama di Surabaya—untuk menyerahkan persenjataan dan
meyerahkan diri. Penghinaan lagi, sebelumnya mereka mengibarkan bendera Belanda
tanpa ada penghargaan terhadap kedaulatan Indonesia dan berikutnya mereka
secara lantang agar bangsa Indonesia menyerahkan diri akibat dari perlawanan
terhadap pihak Belanda. Tetapi sangat beruntung kita memiliki pejuang bangsa
yang bermentalkan baja, tidak seperti mental kids jaman now. Jika
sedikit saja kendur mental mereka, mungkin kita tidak akan bisa mengeluarkan
kata-kata generasi micin, membuat story di Intagram, atau minum kopi di kantin sembari
menikmati layanan wifi gratis
Sekarang
sebaiknya kita rajin membaca, mendengar dan memahami kisah-kisah perjuangan
bangsa. Selepas ultimatum yang ditujukan untuk 10 November 1945, rakyat
indonesia juga menentang hal tersebut. mereka tahu bahwa tidak ada hal yang
lebih baik dilakukan selain berjuang. Mereka telah mengalami yang pedih
dijajah, mereka tidak ingin lagi hal tersebut terjadi untuk generasi setelah
mereka, bahkan nyawa telah mereka korbankan untuk Indonesia merdeka 100% tanpa
ada penindasan lagi.
Sejak
10 November 1945 - tiga minggu setelahnya, terjadi pertempuran antara pejuang
indonesia dengan pihak sekutu. Bukan pertempuran seperti bentrokan yang hanya
memakan korban 1 – 4 orang, melainkan 16.000 jiwa yang gugur dalam pertempuran
tersebut. bukan tanpa alasan mereka melakukan hal itu dan jangan lagi kita
tanyakan mengapa mereka rela melakukan hal tersebut. jelas di antara kita tidak
akan mengerti apa jalan pikiran mereka. Jika ada di antara kita yang mengerti,
maka kita akan tahu apa yang seharusnya kita lakukan untuk membalas perjuangan
mereka.
Bagaimana
Kita Melanjutkan Perjuangan Mereka?
Sepintas
akan timbul kebingungan jika telah membahas perjuangan yang harus kita lakukan
untuk melanjutkan perjuangan pahlawan terdahulu. Sebaiknya kita pahami dahulu
makna dari Hari Pahlawan bagi msing-masing kita. Meskipun berbeda-beda,
setidaknya hal tersebut bisa menjadi batu pijakan agar kita tahu apa yang akan
kita lakukan.
Sebenarnya tidak ada pemahaman yang
benar jika kita memaknai Hari Pahlawan. Namun juga tidak ada hal yang salah
ketika kita ingim memknainnya. Ketika mulai menyadari pentingnya sejarah, akan
ada timbul perasaan bahwa sejarah bukan hanya sekedar cerita atau peristiwa
dari kejadian masa lampau. Bahkan, tubuh kita akan merinding ketika membaca
peristiwa sejarah yang berkaitan dengan pengorbanan. Sulit untuk membayangkan
apakah mampu kita melakukan hal-hal yang telah dilakukan oleh pahlawan
kita—renungkan kembali yang telah kita lakukan untuk negeri ini.
Tak
ada petunjuk khusus apa yang harus kita lakukan untuk melanjutkan perjuangan
pahlawan terdahulu. Yang jelas kita harus bisa memposisikan diri kita dengan
baik dan benar, bertanggung jawab pada posisi kita dan berusaha melakukan hal
yang terbaik sesuai posisi kita.
Sebagai orang yang terlahir berbangsa
dan bernegara—Indonesia—sudah seharunya kita mengabdi untuk bangsa dan negara
ini. Pengabdian kita akan menunjukan bahwa kita berterima kasih kepada pejuang
terdahulu. Cara untuk mengabdi bukan hanya melalui perang menegakan Indonesia,
menjadi aparatur negara atau bekerja di instansi negara. Tetapi kita bisa
menunjukan bahwa kita seorang berjiwa nasional bahkan hanya dengan melakukan
hal-hal yang sederhana. Salah satu cara yang tepat adalah dengan melaksanakan
tanggung jawab kita sepenuh hati. Seorang guru, haruslah menjadi guru yang
benar-benar memiliki niat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemuadian
seorang dokter, harus menuntaskan tanggung jawabnya untuk menyehatkan seluruh
rakyat indonesia dengan sungguh-sungguh. Begitu juga dengan pegawai
pemerintahan, mereka juga seharusnya bertanggung jawab penuh dalam melayani
masyarakat dan mengabdi kepada negara/bangsa. Jika kita telah menanamkan niat
untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan dan kewajiban kita serta mewujudkannya
dalam tindakan nyata, maka sebenarnya tanpa mengucapkan “saya cinta pahlawan,
selamat hari pahlawan atau terima kasih pahlawanku” kita telah menujukan hal
tersebut.
Jadilah pahlawan bagi bangsamu.
Bangsa terbentuk dari kesatuan
kecil, maka kita bisa melakukan hal yang berarti dari sesuatu yang terkecil.
Mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, dan sampai pada tahap
yang lebih luas, yaitu masyarakat luas dan negara.
Namun, terlebih dari itu kita harus
memiliki cara pandang tersendiri terhadap Hari Pahlawan. Cara pandangmu akan
menjadi pijakan bagimu dalam mengabdi untuk negara dan bangsa ini.
Jadi, Bagaimakan Makna Hari Pahlawan Bagimu?
0 komentar:
Posting Komentar