Selasa, 21 November 2017

MAKNA HARI PAHLAWAN BAGIMU?


Oleh:
Muhammad Rafi

“Bahkan saya tidak tahu apakah yang saya lakukan dalam menja-lani kehidupan di bumi pertiwi ini sudah se-suai keinginan mereka atau belum”
Setiap bangsa dan negara pasti memiliki peristiwa sejarah yang waktu terjadinya peristiwa tersebut diperingati sebagai momentum tertentu. Salah satu negara yang kaya akan momentum tersebut adalah Indonesia, seperti Hari Proklamasi Kemerdekaan, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, Hari Ibu, Hari Kesaktian Pancasila, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Jelas momentum tersebut bukanlah sesuatu yang diperingati hanya untuk menaikan eksistensi belaka, melainkan keseluruhannya tercipta dari sejarah panjang bangsa Indonesia. salah satu momentum yang perlu di tanamkan dalam nurani adalah yang akan kita peringati dalam bulan ini, 10 November, yaitu Hari Pahlawan.
“Pernahkah terbesit di pikiran mengapa 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan? Jika mengetahui latar belakang peringatan Hari Pahlawan, adakah muncul pemikiran tentang apa saja nilai-nilai yang bisa kita ambil dari peristiwa 10 November? Adakah yang berfikir tentang hal yang seyogyanya dilakukan dalam menjalani kehidupan di bumi pertiwi ini sebagai rasa terima kasih terhadap para pahlawan?”
            Pertanyaan demikian tampaknya perlu tanyakan kepada kita semua, bukan atas dasar kesombongan seolah-olah saya yang paling benar dalam berterima kasih kepada pahlawan, melainkan sebagai pengingat bagi kita untuk terus mengintrospeksi diri agar bisa melakukan tindakan yang benar dalam menjaga kemerdekaan yang telah kita rasakan saat ini.
“Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”.
Kutipan pidato Soekarno yang perlu dihayati dengan seksama ketika kita memperingati Hari Pahlawan. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”—memunculkan pemahaman yang baru jika kita mencoba merangkai kedua kutipan tersebut, padalah sedehananya kita hanya menambahkan kata “karena”. Tetapi kita harus lebih memahami secara mendalam tentang arti dari kata-kata tersebut yang dihubungkan dengan Hari Pahlawan.
            Ketika membahas tentang Hari Pahlawan, perlu dikembalikan ingatan akan peristiwa yang terjadi disekitaran 10 November 72 tahun yang lalu. 17 Agustus 1945, terluaplah sagala kebahagian bagi segenap bangsa Indonesia karena pengharapan akan kebebasan dari penjajahan bangsa asing berhasil dicapai. Namun semua itu belumlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia karena sekutu berusaha untuk merebut kembali wilayah Indonesia. akhirnya, pada fase 1945-1950 muncul periode baru dalam sejarah Indonesia, yaitu masa revolusi. Kita bisa menceritakan pada fase revolusi terjadi pertentangan yang teramat besar antara rakyat Indonesia dengan sekutu.
Description: Mengapa 10 November Diperingati Sebagai Hari Pahlawan? Soalnya 16.000 Pejuang Tewas Demi Ini
(Bung Tomo, Pimpinan revolusioner surabaya)
Ketika 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan, tentu ada beberapa alasan yang sangat kuat. Saat itu Indonesia sedang berusaha menyebarluaskan rasa kemerdekaan melalui berbagai tindakan kebangsaan, salah satunya adalah pengibaran bendera merah putih di seluruh negeri. Namun, betapa tidak terbakarnya amarah pemuda Surabaya ketika pihak Belanda yang dipimpin oleh Mr. W.V.Ch. Ploegman datang kembali, tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, dan 18 September 1945 dengan semena-menanya mengibarkan Bendera Belanda di puncak Hotel Yamato. Harga diri bangsa dilecehkan, Indonesia taruhannya. Dengan nasionalisme yang memuncak, patriotisme yang menggelegar, seluruh golongan berkumpul dan melakukan aksi di Hotel Yamato agar bendera tersebut diturunkan. Dengan tegas Belanda menolak hal tersebut. bahkan Sidik yang menjadi perwakilan dalam perundingan tewas di tangan Belanda. Akhirnya, para pemuda yang telah terbakar amarah dan mengambil inisiatif untuk menurunkan secara paksa bendera Belanda (Merah-Putih-Biru). Koeno Wibowo dan Hariyono berhasil memanjat tiang bendera, merobek warna biru dan mengibarkan kembali Merah putih.
            Tampaknya tak ada efek yang berarti jika hanya mencerna peristiwa bendera di Hotel Yamato hanya sebatas peristiwa di atas. Hanya menambah pengetahuan bahwa telah terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato yang akhirnya berganti menjadi bendera merah Putih.
            Sekarang coba kita ilhami lebih mendalam. Ketika bangsa Indonesia sedang berada dalam masa harapan baru karena telah berhasil memerdekakan diri dari penjajahan, tiba-tiba bangsa asing—Sekutu, Belanda—masuk dan mencoba untuk menancapkan kekuasaannya di Indonesia. Bahkan dengan lancangnya mereka menginjak kedaulatan Indonesia dengan mengibarkan bendera mereka di Tanah Indonesia, bukan atas dasar diplomasi melainkan merasa bahwa mereka masih berkuasa di Indonesia dan tidak mengakui kedaulatan Indonesia. Bagaimana perasaan rakyat Indonesia yang melihat kejadian tersebut? Mungkin hanya mereka yang memiliki zeitgeist (jiwa zaman) dan historical maindedness (kesadaran sejarah) yang akan mengerti perasaan rakyat Indonesia saat itu.
Kemudian ketika bertindak untuk menurunkan bendera Belanda, apakah mereka memikirkan apa konsekuensi yang akan mereka alami? Rasanya tak terbesit hal tersebut meskipun hanya sebesar biji bayam. Yang mereka tahu bahwa Indonesia harga mati, kedaulatan Indonesia adalah aset berharga bagi generasi berikutnya, dan tak ada yang bisa menginjak kedaulatan Indonesia meskipun mereka bangsa yang memiliki power. Apakah di antara kita masih ada pemikiran demikian? Rela melakukan apapun untuk Indonesia tanpa ada ketakutan akan diri sendiri—“kita renungi kembali hal tersebut”.

Description: Mengapa 10 November Diperingati Sebagai Hari Pahlawan? Soalnya 16.000 Pejuang Tewas Demi Ini
(Gambaran erjuangan dalam perang 10 November)
Beralih kepada peristiwa besar sejak 10 November, ultimatum sekutu memerintahkan agar rakyat Indonesia—terutama di Surabaya—untuk menyerahkan persenjataan dan meyerahkan diri. Penghinaan lagi, sebelumnya mereka mengibarkan bendera Belanda tanpa ada penghargaan terhadap kedaulatan Indonesia dan berikutnya mereka secara lantang agar bangsa Indonesia menyerahkan diri akibat dari perlawanan terhadap pihak Belanda. Tetapi sangat beruntung kita memiliki pejuang bangsa yang bermentalkan baja, tidak seperti mental kids jaman now. Jika sedikit saja kendur mental mereka, mungkin kita tidak akan bisa mengeluarkan kata-kata generasi micin, membuat story  di Intagram, atau minum kopi di kantin sembari menikmati layanan wifi gratis
Sekarang sebaiknya kita rajin membaca, mendengar dan memahami kisah-kisah perjuangan bangsa. Selepas ultimatum yang ditujukan untuk 10 November 1945, rakyat indonesia juga menentang hal tersebut. mereka tahu bahwa tidak ada hal yang lebih baik dilakukan selain berjuang. Mereka telah mengalami yang pedih dijajah, mereka tidak ingin lagi hal tersebut terjadi untuk generasi setelah mereka, bahkan nyawa telah mereka korbankan untuk Indonesia merdeka 100% tanpa ada penindasan lagi.
Sejak 10 November 1945 - tiga minggu setelahnya, terjadi pertempuran antara pejuang indonesia dengan pihak sekutu. Bukan pertempuran seperti bentrokan yang hanya memakan korban 1 – 4 orang, melainkan 16.000 jiwa yang gugur dalam pertempuran tersebut. bukan tanpa alasan mereka melakukan hal itu dan jangan lagi kita tanyakan mengapa mereka rela melakukan hal tersebut. jelas di antara kita tidak akan mengerti apa jalan pikiran mereka. Jika ada di antara kita yang mengerti, maka kita akan tahu apa yang seharusnya kita lakukan untuk membalas perjuangan mereka.
Bagaimana Kita Melanjutkan Perjuangan Mereka?
Sepintas akan timbul kebingungan jika telah membahas perjuangan yang harus kita lakukan untuk melanjutkan perjuangan pahlawan terdahulu. Sebaiknya kita pahami dahulu makna dari Hari Pahlawan bagi msing-masing kita. Meskipun berbeda-beda, setidaknya hal tersebut bisa menjadi batu pijakan agar kita tahu apa yang akan kita lakukan.
Sebenarnya tidak ada pemahaman yang benar jika kita memaknai Hari Pahlawan. Namun juga tidak ada hal yang salah ketika kita ingim memknainnya. Ketika mulai menyadari pentingnya sejarah, akan ada timbul perasaan bahwa sejarah bukan hanya sekedar cerita atau peristiwa dari kejadian masa lampau. Bahkan, tubuh kita akan merinding ketika membaca peristiwa sejarah yang berkaitan dengan pengorbanan. Sulit untuk membayangkan apakah mampu kita melakukan hal-hal yang telah dilakukan oleh pahlawan kita—renungkan kembali yang telah kita lakukan untuk negeri ini.
Tak ada petunjuk khusus apa yang harus kita lakukan untuk melanjutkan perjuangan pahlawan terdahulu. Yang jelas kita harus bisa memposisikan diri kita dengan baik dan benar, bertanggung jawab pada posisi kita dan berusaha melakukan hal yang terbaik sesuai posisi kita.
Sebagai orang yang terlahir berbangsa dan bernegara—Indonesia—sudah seharunya kita mengabdi untuk bangsa dan negara ini. Pengabdian kita akan menunjukan bahwa kita berterima kasih kepada pejuang terdahulu. Cara untuk mengabdi bukan hanya melalui perang menegakan Indonesia, menjadi aparatur negara atau bekerja di instansi negara. Tetapi kita bisa menunjukan bahwa kita seorang berjiwa nasional bahkan hanya dengan melakukan hal-hal yang sederhana. Salah satu cara yang tepat adalah dengan melaksanakan tanggung jawab kita sepenuh hati. Seorang guru, haruslah menjadi guru yang benar-benar memiliki niat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemuadian seorang dokter, harus menuntaskan tanggung jawabnya untuk menyehatkan seluruh rakyat indonesia dengan sungguh-sungguh. Begitu juga dengan pegawai pemerintahan, mereka juga seharusnya bertanggung jawab penuh dalam melayani masyarakat dan mengabdi kepada negara/bangsa. Jika kita telah menanamkan niat untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan dan kewajiban kita serta mewujudkannya dalam tindakan nyata, maka sebenarnya tanpa mengucapkan “saya cinta pahlawan, selamat hari pahlawan atau terima kasih pahlawanku” kita telah menujukan hal tersebut.

Jadilah pahlawan bagi bangsamu.
Bangsa terbentuk dari kesatuan kecil, maka kita bisa melakukan hal yang berarti dari sesuatu yang terkecil. Mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, dan sampai pada tahap yang lebih luas, yaitu masyarakat luas dan negara.
Namun, terlebih dari itu kita harus memiliki cara pandang tersendiri terhadap Hari Pahlawan. Cara pandangmu akan menjadi pijakan bagimu dalam mengabdi untuk negara dan bangsa ini.

Jadi, Bagaimakan Makna Hari Pahlawan Bagimu?

0 komentar:

Posting Komentar