Rabu, 05 Juli 2017

POLITIK EKONOMI INDONESIA 1808-181 1(MASA H.W DAENDELS)


Akhirnya administrasi VOC diambil oleh pemerintahan Belanda. Bersamaan jatuhnya VOC, di Eropa sedang terjadi perubahan-perubahan revolusioner sebagai akibat revolusi Perancis 1772-1862. Perancis berhasil menduduki Belanda tahun 1795 sehingga negeri belanda harus di rubah menjadi republic yaitu Batafsche Republik dan William V berlindung di Inggris.
Karena Belanda berada di bawah kekuasaan Perancis, maka paham liberalisme dan humanisme yang ada di Perancis juga berkembang di Belanda. Salah seorang tokoh Belanda yang menyerap paham liberalism dan humanism sekaligus Negara Republik yaitu Dirk Van Hogendorp tahun 1796. Dirk Van Hogendorp mengusulkan perubahan politik di Hindia-Belanda (Indonesia). Hogendorp mengatakan “meski di perintah dan di eksploitasi oleh negeri induk (Belanda) tetapi orang-orang pribumi (Indonesia) harus di perlakukan dengan baik dan wajar.
Dengan adanya usulan demikian maka VOC berubah menjadi pemerintahan colonial Hindia-Belanda. Belanda mengutus Herman William Daendeles pada tahun 1808 sampai 1811 ke Hindia Belanda. Pada tahun 1808 terjadi suatu zaman hubungan baru dalam hubungan Jawa-Eropa. Negeri Belanda telah berada dibawah kekuasaan Perancis sejak tahun 1795. Maka Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya Lois Napoleon sebagai menguasa di Belanda pada tahun 1806. Pada tahun 1808 Lois Napoleon mengirim Marsekal Heraman William Daendeles ke Batavia untuk menjadi  Gubernur Jendral. Tugas utamanya yaitu memperkuat pertahanan Jawa sebagai basis melawan Inggris di Samudra Hindia.
Daendeles adalah seorang pemuja prinsip-prinsip pemerintahan yang revoluisioner. Daendeles membawa suatu prinsip ke Jawa yaitu perpaduan antara semangat pembaharuan dan metode kediktatoran. Prinsip ini sedikit hasil dan banyak tantangan dan juga tidak begitu berhasil. Daendeles berusaha memberantas ketidak efisiensi, penyelewengan, korupsi yang menyelimuti administrasi Eropa. Dia tidak suka jawa atau Daendeles anti feodal terhadap para penguasa Jawa (Bupati).
Bagi Daendeles bupati bukan penguasa atau pemimpin atas masyarakat, tetapi sebagai pegawai administrasi Eropa (Pemeritahan Belanda). Kesultanan Banten dan Cirebon di jadikan daerah gubernuran atau pemerintahan. Mengurangi berbagai upacara di istana Surakarta dan Jogyakarta.
 Daendeles mengurangi wewenang dan penghasilan para bupati. Daendeles memperlakukan para penguasa Jawa seolah-olah mereka vassal-vasal Batavia.
Daendeles memperlakukan jawa sebagai vassal-vasal karena beberapa alasan.
a.     Menurut hukum yang dipahami Belanda, tindakan Daendeles itu betul, karena perjanjian tahun 1749 telah menyerahkan kedaulatannya kepada VOC, akan tetapi Batavia pada saat itu tidak pernah berusaha melaksanakan kekuasanya di pedalaman.
b.     Para residen di istana-istana kini dinamakan Minister, bukan residen. Sebab mereka di pandang bukan sebagai duta dari sekutu yang satu untuk sekutu yang lain ,melainkan sebagai wakil-wakil lokal dari kekuasaan pemerintahan Eropa.
c.      Dalam semua urusan protocol, mereka (residen) mulai sederajat dengan raja-raja Jawa.
Kebijakan perubahan-perubahan ini disambut bahagia oleh Pakubuwono IV, tetapi Hamengkubuwono menolaknya. Dari sinilah bermula suatu periode konflik yang panjang yang akan berakhir dengan meletusnya perang Jawa. ( Perang Diponegoro).
Tugas Daendeles di Hindia Belanda untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Untuk itu maka dibangun sarana prasarana yaitu.
1.     Di bangun jalan raya pos (grote posweg) antara Anyer-Panarukan.
2.     Membangun gudang militer, seperti gudang meriam, gudang peluru reorganisasi satuan serdadu
3.     Merintis konsep Negara modern.
Langkah-langkah militer yang dilakukan Daendeles meningkatkan jumlah pasukannya yang sebagian terdiri atas orang Indonesia, karena Daendeles datang ke Indonesia tidak membawa pasukan. Paseukan daendeles dari 4000 menjadi 18.000 orang serdadu.
Akibat kebijakan yang diperlakukan Daendeles terhadap bupati
1.     Kini bupati sebagai bawahan, akhirnya bupati tidak memiki otonomi yang luas
2.      Buapati kehilangan banyak pendapatan, karena sejak itu pendapatan bupati dari gaji saja
3.     Berkurangnya pengaruh dan kebebasan bertindak terhadap rakyat, sehingga bupati hanya memerintah setengah hati.
4.     Di hancurkannya potensi kemiliteran bupati. (dikurangi pasukan pengawal). Contoh masa VOC bupati Gresik ke Semarang dikawal 700 prajurit, bupati Pekalongan diiringi 359 prajurit. Maka daendeles menguranginya menjadi 170 orang.
5.     Upacara kebesaran raja-raja atau bupati di sederhanakan.
Berikut adalah struktur jabatan Kolonial Belanda zaman Daendeles (1808-1811)
STRUKTUR PEMERINTAHAN YANG DIROMBAK OLEH DAENDELES:

                                        
(GUBERNUR JENDRAL →  GUBERNUR → BUPATI WEDONO ASISTEN WEDONO  LURAH  RAKYAT)








Daftar Pustaka
Sartono Kartodirjo. Pengantar Sejarah Indonesia Baru. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Gramedia, 1988 dan 1990
M.C Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. (Jakarta : Serambi,2005) hal 245-247
Mestika Zed “Struktur Birokrasi Kolonial di Indonesia dan Perkembangannya di Sumatra Barat Abad XIX –XX”. Diktat. Padang : Fak Sastra Unand, 1998

Sartono Kartodrjo. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975) hal 2-3

0 komentar:

Posting Komentar