BAB 3
MASALAH
KERAGAMAN YANG TIDAK STABIL
Masalah
keabsahan di amerika jajahan diperumit lagi oleh keadaan yang beragam
terdapatnya banyak kelompok yang saling berbeda yang masing-masing memiliki
kepentingan dan nilai yang saling bertentangan serta bersaing.
Dua jenis
keragaman sedang berkembang. Pertama ialah kelompok-kelompok, sekte-sekte, dan
golongan-golongan, yang begitu beragam dan tiba di amerika hampir bertepatan
waktunya, yang mendorong dikembangkan dan dilanjutkannya nilai-nilai dan
kepentigan-kepentingan yang berbeda yang dibawa oleh masing-masing kelompok
itu. Jenis keragaman kedua timbul seiring dengan tibanya gelombang demi
gelombang imigran dari banyak generasi, dan ini tidaklah menciptakan
keseragaman didalam masyarakat. Kedua jenis keragaman ini cenderung untuk
saling memperparah.
Masih ada
lagi sumber-sumber keragaman yang lain. Salah satu factor penyebab ialah
ditekankannya kesempatan ekonomi perorangan. Factor lainnya ialah komitmen
untuk membela harkat perorangan maupun masyarakat. Ada yang merumuskan
masyarakat beragam sebagai suatu masyarakat dimana berbagai kelompok yang saling
berbeda tetap terpisah sehingga interaksi serta kesatuan sosial menjadi sulit.
Sejak dari
awal sejarah amerika, perkembangan pemerintahan maupun kebudayaan amerika telah
mengarah kepada keseragaman. Tetapi berbagai kebutuhan sosial dan ekonomi amerika
yang disertai tersedianya tanah yang begitu luas semuanya telah menggalakkan
keragaman. Masyarakat jajahan sifatnya beragam dan tidak stabil. Ada masyarakat
yang ditandai dengan keragaman yang stabil, dan ada masyarakat yang ditandai
dengan keseragaman yang tidak stabil.
Amerika
latin jajahan juuga memiliki keragaman sosialdan ketidak-stabilan. Di
daerah-daerah jajahan inggris itu, keragaman timbul dari imigrasi tak
terkendali dari banyak bangsa yang mewakili kebudayaan, agama dan ras yang
berbeda-beda. Pada koloni-koloni spanyol, keragamana berkembang sebagai akibat
penaklukan yang disusul dengan asimilasi antara ras-ras Indian, spanyol dan
afrika, yakni suatu keragaman rasial yang diterima oleh kebiasaan dan hokum.
Kemajemukan
yang tak stabil lebih merupakan cirri abad ke-18 daripada abad ke-17.
Penelitian-penelitian mutakhir dari para ahli sejarah sosial telah membuktikan
bahwa selama dua atau tiga generasi pertama, semua koloni itu lebih stabil
daripada yang sering diperkirakan. Tahun 1640-an kongregasi kehilangan sebagian
dari kebebasan dan kemerdekaannya sehingga otoritas keagamaan selanjutnya
dipusatkan guna mencegah perpecahan di kalangan agama di daerah itu.
Denominasionalisme,
yakni kecenderungan agama untuk terpecah ke dalam berbagai kelompok yang lebih
kecil atau denominasi, merupakan sumbangan amerika yang unik pada sejarah
keagamaan, dan bahwa ada kontinuitas di dalam perkembangan denominasi amerika
dari kurun kolonial ke kurun nasional.
Pandangan
berbagai kelompok di amerika jajahan cenderung untuk membenarkan dan bukannya
menghapuskan individualisme. Pertengahan abad ke-18, ketidak-stabilan yang
ditimbulkan oleh keragaman kulturil tampak nyata di seluruh daerah koloni itu.
Suatu masalah gawat yang harus lembaga-lembaga pendidikan yang mendapat
dukungan dari masyarakat. Berbagai sumber, proses, dan pernyataan keragaman
kulturil semuanya menunjang perkembangan kelompok-kelompok yang berbeda di
daerah-daerah jajahan itu.
Banyak orang
amerika yang merasa ragu apakah ketertiban dan keamanan dapat dicapai dalam
suatu masyarakat besar yang beragam, dan persoalan ini menjadi pertimbangan
pokok bagi semua pejabat yang hadir pada Konvensi Konstitusionil pada tahun
1787. Masalah perbudakan, bangsa amerika masih tetap terombang-ambing antara
menerima atau menolak adanya keragaman. Gejala keragaman sosial yang tidak
stabil ini serupa dengan keragaman politik dimana Negara-negara bagian dan
pemerintahan federal berusaha menyeimbangkan perbedaan bidang-bidang otoritas
mereka yang berlainan namun saling mendukung.
0 komentar:
Posting Komentar