Jumat, 30 Juni 2017

Bangsa yang Penuh Paradoks (Michael Kammen) Part 2

BAB 2
MENCARI KEABSAHAN

Keabsahan ialah keadaan yang sejalan dengan hokum, aturan dan prinsip. Diterimanya keabsahan oleh komunitas terjadi dikala ia membenarkan keyakinan bahwa para penguasa dan lembaga-lembaganya merupakan bentuk-bentuk tata cara dan otoritas yang memadai. Ada berbagai cara dimana kekuasaan dapat di absahkan sehingga ketertiban tercapai : melalui keyakinan akan kemampuan pribadi seorang pemimpin sejati, melalui tradisi yang sudah lama terbentuk dan melalui kepercayaan akan validitas hokum dan keadilan yang berlandaskan pada aturan-aturan yang dibuat secara rasional. Keabsahan di negeri jajahan inggris itu semakin lama semakin tergantung pada sumber-sumber demokratis dan bukan pada sumber-sumber aristokratis.
Pada permulaan abad ke-17, system hokum inggris memerlukan pembaruan besar-besaran. Kerumitan dan kekacauan hokum di inggris ikut menjalar ke daerah-daerah koloni sehingga mengakibatkan kekacauan lebih jauh dalam soal legitimasi di sana. Semua tradisi eropa juga merupakan sumber keabsahan keagamaan yang tidak memadai. Titik berat bagi nilai-nilai puritan amerika di dalam tatanan persetujuan yang saksama antara tuhan dengan manusia, manusia dengan  manusia, tuhan dengan santo-santo pilihannya, menunjukkan semacam perhatian akan dimensi konstitusionil dan hokum dari otoritas keagamaan.
Bermacam krisis keabsahan di amerika pada penghujung abad ke-17 tak lain adalah krisis perubahan. Di saat kelompok-kelompok baru berusaha menemukan cara-cara baru buat berpartisipasi di dalam proses politik, dan di saat nilai-nilai sosial baru sementara berkembang, keabsahan tidak mungkin ditemukan di dalam lembaga-lembaga inggris tradisionil. Dan pada tahun-tahun yang langsung sesudah pemberontakan, beberapa pemerintahan yang paling efektif ternyata bahkan masih kalah stabil daripada pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
Pada akhirnya, sumber legitimasi bagi daerah-daerah jajahan tetap berada pada lembaga-lembaga pemerintahan inggris. Undang-undang daerah jajahan, misalnya belum sepenuhnya sah sebelum memperoleh pengesahan dari Raja Inggris. Perlawanan bangsa inggris terhadap Raja Charles I (1600-1649), yang member kuasa kepada banyak perusahaan amerika, turut melemahkan pemerintahan kolonial yang konstitusionil. Berlawanan dengan semua masalah keabsahan di daerah-daerah koloni, inggris selama lebih dari seabad sesudah 1660 tidak lagi mengalami kesulitan dalam menegakkan pemerintahan yang sah.
Semenjak 1787, orang amerika telah bergantung kepada konstitusi tertulis mereka untuk dijadikan penuntun demi mempertahankan kekuasaan politik yang sah. Selama abad ke-18, semua lembaga pemerintahan utama didaerah jajahan tetap tidka stabil. Dan tidak seorangpun yang tahu bagaimana merumuskan peranan dan identitas yang sesungguhnya dari dewan kolonial. Semua majelis koloni menghadapi sulitnya persoalan mentautkan undang-undang yang dibuatnya dengan system hokum Britania Raya. Di masa-masa tertentu selama paroh pertama dari abad ke-18, monarki memerintahkan dan menekankan agar daerah-daerah jajahan mengatur undang-undang mereka secara sistematis serta membuat kumpulan keputusan-keputusan yang jelas untuk digunakan baik di amerika maupun di inggris.
Konsep keabsahan dan terutama keabsahan hokum sangat banyak dipersoalkan oleh mereka yang membuat, menemukan, atau menerapkan hokum. Di samping hokum serta cara memberlakukannya, berbagai ketentuang lainjuga berbeda penerapannya daripada yang di inggris. Masalah besar yang menyangkut mata-uang kertas dan kredit bank di amerika jajahan ialah tidak adanya keabsahan, dan ini Nampak nyata.
Kaum kolonis di amerika utara juga mempersoalkan keabsahan masyarakat dan individu. Selama jaman penjajahan inggris telah mengirimkan sejumlah penduduknya yang paling tak tunduk pada undang-undang. Itulah sebabnya mengapa banyak orang amerika yang berusaha keras untuk menghilangkan anggapan bahwa sebagian besar kaum kolonis terdahulu adalah penjahat. Orang-orang eropa yang hidup secara yang asli di dunia baru itu menyadari bahwa mereka menghadapi masalah bagaimana memelihara semua kaidah tradisionil dari peradaban dunia lama. Banyak orang beranggapan bahwa standar kemanusiaan terendah ialah yang dimiliki oleh suku Indian amerika. Masalah pembentukan tata-hubungan sosial yang sah di daerah-daerah jajahan bisa juga dikenal kembali pada bidang-bidang yang pokok seperti perkawinan dan keluarga.
Di amerika latin, kaidah status sosial lebih nyata daripada didaerah-daerah jajahan inggris, oleh karena keabsahan sosial dan perseorangan terutama pada warisan seseorang. Selama abad pertama dari kolonisasi spanyol, hokum merupakan factor yang sangat utama, terutama dalam urusan mereka dengan orang-orang Indian. Masalah legitimasi tidak timbul di amerika latin selama periode kolonial seperti yang terjadi di amerika utara. Tatkala meksiko serta daerah-daerah lainnya ditaklukkan, ahli hokum senantiasa hadir guna membenarkan segala sesuatu yang dilakukan oleh sang penakluk.
           Dengan mempertimbangkan berbagai krisis keabsahan di amerika jajahan, bersama dengan kebutuhan yang tak terhindarkan akan kaidah sosial, kelembagaan dan perundangan-undangan serta nilai-nilai, tidaklah mengherankan kalau kaum kolonis berusaha menentang validitas pengawasan Britania Raya atas semua daerah jajahan itu. Kedaulatan merupakan aspek yang sangat penting dari keabsahan perundangan, kita bisa mengerti mengapa hal itu menjadi suatu masalah pokok dalam Revolusi Amerika. 
           James Madison (1751-1836), salah seorang penyusun konstitusi yang kemudian menjadi presiden keempat Negara baru ini, secara langsung dan penuh tanggung jawab menghadapi pertanyaan terpenting yang timbul dari konstitusi baru itu. Selama beberapa abad, semakin banyak orang amerika yang telah menerima anggapan bahwa sumber keabsahan dan kekuatan satu-satunya adalah rakyat sendiri. Sumber kekuasaan yang sah adalah rakyat. Madison yakin bahwa pemerintah itu niscaya akan menguntungkan rakyat, dan jika tidak demikian, rakyat punya hak untuk merubah pemerintahan mereka.
           Adanya konstitusi tertulis tidaklah menjamin adanya kesepakatan penuh mengenai dasar-dasar Negara itu. Pada permulaan abad ke-19, kaum federal dan kaum republic yang merupakan dua kelompok politik besar amerika pada waktu itu telah menerima prinsip bahwa sumber kedaulatan paling pokok ada di tangan rakyat dan bahwa pemerintah hanya bisa bekerja dengan persetujuan mereka.


0 komentar:

Posting Komentar